Minggu, 04 April 2010

Pengertian Teknologi Secara Umum
• proses yang meningkatkan nilai tambah
• produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
• Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
.Dampak positif dan negatif akibat perkembangan teknologi internet
Di bawah ini akan dijelaskan dampak-dampak positif maupun negatif dari penggunaan internet :
• Dampak Positif
a) Internet sebagai media komunikasi merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
b) Media pertukaran data dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
c) Media untuk mencari informasi atau data perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.
d) Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga kita tahu apa saja yang terjadi.
e) Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
f) Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.
• Dampak Negatif
a) Pornografi anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.
b) Penipuan hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu.
c) Bisa membuat seseorang kecanduan terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut. Jadi internet tergantung pada pemakainya bagaimana cara mereka dalam menggunakan teknologi itu, namun semestinya harus ada batasan-batasan dan norma-norma yang harus mereka pegang teguh walaupun bersentuhan dengan internet atau di dalam dunia maya.

Determinisme Teknologi Marshall McLuhan
Marshall McLuhan, media-guru dari University of Toronto, pernah mengatakan bahwa the medium is the mass-age. Media adalah era massa. Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama lagi, pada era media elektronik seperti sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media massa tadi.
McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia ke dalam empat periode: a tribal age (era suku atau purba), literate age (era literal/huruf), a print age (era cetak), dan electronic age (era elektronik). Menurutnya, transisi antar periode tadi tidaklah bersifat bersifat gradual atau evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.
The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam komunikasi. Era primitif ini kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.
The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan.
The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi.
The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax, komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang disebut sebagai “global village”. Media massa pada era ini mampu membawa manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di mana saja, seketika itu juga.
Inti dari teori McLuhan adalah determinisme teklologi. Maksudnya adalah penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang mengubah kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi.
Kalau mau kita lihat saat ini tidak ada satu segi kehidupan manusia pun yang tidak bersinggungan dengan apa yang namanya media massa. Mulai dari ruang keluarga, dapur, sekolah, kantor, pertemanan, bahkan agama, semuanya berkaitan dengan media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa membebaskan diri dari media massa dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam bahasa Em Griffin (2003: 344) disebutkan, “Nothing remains untouched by communication technology.
McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita.
Medium is the message. Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting daripada isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja, mungkin isi tayangan di televisi memang penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih penting lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia, lebih dari apa isi pesan yang mereka sampaikan.
Dilema yang kemudian muncul seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi adalah bahwa manusia semakin didominasi oleh teknologi komunikasi yang diciptakannya sendiri. Teknologi komunikasi bukannya dikontrol oleh manusia namun justru kebalikannya, kita yang dikontrol oleh mereka.
Sebagai contoh, betapa gelisahnya kita kalau sampai terlewat satu episode sinetron kesayangan yang biasanya kita tonton tiap hari. Atau mungkin kalau kita sudah lebih dari seminggu tidak membuka halaman Friendster di internet. Satu hari saja tidak menonton televisi mungkin kita akan merasa betapa kita telah ketinggalan berapa banyak informasi hari itu.
Kehadiran media massa, dan segala kemajuan teknologi komunikasi yang lainnya, seharusnya menjadikan kehidupan manusia lebih baik. Namun ketika yang terjadi justru sebaliknya, kita menjadi didominasi oleh media massa dan teknologi komunikasi yang semakin pesat tersebut, maka ini menjadi sebuah ironi.

Technological Determinism
Berbicara tentang perkembangan komunikasi manusia, maka pteori komunikasi Technological Determinism dari Marshall Mc Luhan merupakan penggambaran lain dari proses perkembangan dimaksud. Mc Luhan (Little John, 1996: 341-347) membagi periodisasi perkembangan komunikasi menjadi empat bagian, yaitu Tribal Age, Literate Age, Print Age, dan electroni Age.
Periode pertama, Tribal Age, komunikasi terjadi dimana mendengar, bersentuhan, merasa dan membaui lebih dominan dibandingkan indera penglihatan. Komunikasi yang terjadi pada masyarakat yang primitif ini diklaim Mc Luhan (1967: 50) lebih komplek diakibatkan stimulasi yang diterima mereka lebih mengutamakan pendengaran dibandingkan visualisasi. Menrut Mc Luhan, By their dependence on the spoken word of information, people were drawn together into a tribal mesh…. And since the spoken word is more emotionally laden than written-conveying by intonation such rich emotions as anger, joy, sorrow, fear-tribal was more spontaneous and passionately volatile.
Periodesasi selanjutnya berkembang dengan lebih mengutamakan aspek visualisasi. Dalam periode ini fonetik alfabet menjadi bagian utama dalam perkembangan komunikasi manusia. Malah menurut pandangan Mc Luhan fonetik alfabet ini menjadi bahan yang sangat penting dalam perkembangan matematika, sains maupun filosofi pada masa kejayaan Yunani.
Periode keempat, yaitu The Print Age, dianggap sebagai prototype dari revolusi industri yang terjadi di belahan dunia. Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg mengakibatkan kemajuan dibidang (media) komunikasi manusia. Menyebabkan produksi masal dari bahan-bahan bacaan yang dapat dinikmati oleh seluruh manusia, bahkan saat seseorang dalam kondisi terisolasi dari orang lain. Menurut Mc Luhan, Printing, a ditto device, confirmed and extended the new visual stress. It created the portable book, which men could read in privacy and in sisolation from other”.
Periode terakhir menurut Mc Luhan adalah Electronic Age. Periode ini diwakili oleh munculnya telegraf sederhana pertama oleh Samuel Morse yang memicu produk-produk komunikasi yang berbasis elektronik dan komputerisasi secara lebih mengejutkan; televisi, VCR, holograph, compact disc, komputer, telepon genggam dan masih banyak lainnya. Kecanggihan teknologi komunikasi ini memberikan kemudahan tersendiri bagi proses komunikasi manusia. Bahkan dalam kondisi yang tertentu Mc Luhan mengklaim bahwa periode elektronika ini merupakan periode yang paling mutakhir dari perkembangan komunikasi manusia, menggantikan periode sebelumnya. “… the power of the printed word is over. The age of print…..had its obituary tapped out by the telegraph.” Dan akan terus berkembang dengan inovasi-inovasi yang lebih maju.
Perkembangan teknologi komunikasi ini digambarkan Mc Luhan sebagaimana skema berikut;
Seringkali pertanyaan yang diajukan ketika berbicara tentang komunikasi adalah untuk apa kita berkomunikasi, Fungsi komunikasi atau mengapa kita memerlukan komunikasi. Namun sedikit sekali yang melandasi pertanyaan-pertanyaan tersebut pada perkembangan teknologi komunikasi manusia dari hal-hal yang sederhana hingga teknologi tercanggih dewasa ini.
Perkembangan teknologi itu tentu tidak dapat terlepas dari inovasi-inovasi yang diciptakan manusia. Manusia dengan kemampuannya dan fungsinya sebagai individu sosial yang berinteraksi dengan individu lain berupaya untuk menciptakan komunikasi dan media komunikasi yang efektif, cepat dan mobile.
Pembagian era maupun periodesasi dalam makalah ini merupakan gambaran yang cukup nyata bagaimana kemampuan manusia dalam menlahirkan teknologi-teknologi terbaru yang dapat membantu dalam proses komunikasi tersebut. Perlu dicatatkan disini bahwa pembagian ini belumlah final, kemajuan teknologi di alaf keempat ini diprediksi akan semakin canggih. Kecanggihan tersebut akhirnya membawa implikasi pada munculnya teknologi baru dalam berkomunikasi; jelas bisa menimbulkan tatanan yang lebih baru dalam hal pentahapan dimaksud.
Walaupun ada pentahapan tersebut, bukan berarti model komunikasi yang awal sudah ketinggalan jaman atau out of date. Untuk beberapa kalangan, suku maupun komunitas masyarakat akan tetap mempertahankan model atau teknologi komunikasi yang ada selama ini. Walau itu sangat sederhana dan tradisional. Penelitian Cliffort Gerzt pada masyarakat Jawa-Bali membuktikan hal itu.

Karl Heinrich Marx (1818 –1883)

Karl Marx merupakan tokoh yang unik dalam perkembangan ilmu sosiologi. Ia dikenal sebagai salah seorang “Bapak Sosiologi” meskipun ia sendiri tidak menganggap dirinya sebagai sosiolog (Ritzer: 2008). Pada masa hidupnya, posisi Marx bagi kalangan sosiologi berada di “pinggiran”. Menurut (Beilharz: 2002 ) bukan merupakan sesuatu yang mudah untuk menggambarkan Marx, karena ia dapat diidentifikasi sekaligus untuk berbagai sosok yaitu sebagai filsuf, antropologi historik, sejarah kritis, ekonomi politik, serta sosiologi (dari sisi ilmu dan sekaligus metodologi).
Sosok dan Bangunan Keilmuan Karl Marx
Pemikiran Marx dipahami dengan berbagai pendekatan sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda antar ahli. Sehingga pada saat ini, menurut catatan Beilharz (2002), telah lahir 57 variasi marxisme di dunia. Pengkategorian yang umum adalah antara “Marx Muda” dan “Marx Tua”. Namun demikian, bagaimana perubahan keilmuannya dalam perkembangan waktu tersebut sulit untuk disebut apakah pemikiran Marx berkesinambungan atau telah ada pergeseran kualitatif (Allan: 2005). Sering pula disebut marx tidak konsisten dengan dirinya sendiri (Campbell: 1994).
Dari segi kurun, Marx lebih dahulu dibandingkan E. Durkheim dan Max Weber; namun analisa terhadap keilmuan dan sisi metodologinya tidak berarti menempati posisi lebih awal. Dalam hal metodologi Marx berkata bahwa pengetahuan tidaklah ”ditemukan” tetapi dikonstruksi. Sebagai salah seorang peletak dasar ilmu sosial ia mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tentang manusia berbeda dengan ilmu alam. Satu sumbangan penting yang diberikan Marx adalah penerapan dialektika sebagai metode. Dalam dialektika tidak hanya terjadi hubungan kausalitas searah, tapi hubungan yang timbal balik yaitu dari tesis ke antitesis dan lalu menghasilkan sintesis.
Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas. Pada intinya, meskipun keilmuannya menyumbang kepada berbagai bidang, namun minat utama Marx adalah kritiknya terhadap ekonomi politik. Namun tidak sebagaimana kalangan yang cenderung melihat keharmonisan, Marx selalu melihat dan mendasarkan bangun keilmuan dan metodenya kepada adanya kontradisksi-kontradiksi. Kontradiksi yang pokok pada masyarakat kapitalisme adalah yang terjadi antara kelompok pemilik pabrik (borjuis) dengan buruh (proletar) yang selalu menimbulkan konflik.
Marx sebagai sosiolog Jerman membangun konsep dan teorinya dari filsafat Hegel dan Feuerbach. Marx mengambil dialektika gagasan dari Hegel yang lalu dipadu dengan material religius dari Feuerbach, sehingga menghasilkan dialektika materialistis (Ritzer: 2008). Dialektika Marx adalah hubungan timbal balik antara materi dan pikiran. Materi diubah oleh proses-proses pikiran sementara pada saat yang sama pikiran diubah oleh perwujudannya dalam benda-benda material (Campbell: 1994).
Dari penggalian sejarah kritisnya, Marx berkesimpulan bahwa sejarah manusia pada hakekatnya adalah sejarah perjuangan kelas. Meskipun demikian, pada Marx Muda perjuangan kelas merupakan poros utama analisanya, sedangkan pada Marx akhir beralih kepada struktur kelas, kerja, dan modal sebagai kategori-katogeri formal yang digunakannya. Karl Marx dipandang telah berubah dari seorang humanis-filosofis ke sisi praktis-ilmiah atau ke arah yang lebih sosiologis dam positivis.
Meskipun Marx lebih mengidentifikasikan dirinya sebagai ekonom, namun kalangan ekonom pada umumnya menolak pemikiran Marx dan lebih memilih condong ke filsafat Hobbes yang lebih sejalan dengan ekonomi neo klasik. Marx sesungguhnya telah menyusun ilmu ekonomi yang lebih empiris yaitu dari modes of production suatu masyarakat, bukan didasarkan pada asumsi-asumsi Hobbes misalnya yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung individualistis dan memaksimalkan kepuasannya belaka.
Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas. Hal ini dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ tahun 1848:” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas”. Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, yaitu masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat.
Marx tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Satu hal yang menarik tentang Marx adalah bahwa sebagian besar kalangan sosiologi setelahnya berkembang karena semangat untuk mengkritik pemikiran Marx (Ritzer, 2008). Bersamaan dengan itu, kitapun harus hati-hati dalam memahami antara pikiran Marx dan Marxisme. Bagi banyak kalangan, hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi tersendiri.
Masyarakat kapitalisme: struktur dan implikasi buruknya pada kehidupan buruh.
Marx (bersama dengan Engels muridnya) sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme, dalam posisinya sebagai kaum terpelajar dan politikus. Ia meyakini kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk lahirnya komunisme. Marx menyatakan bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas pekerja. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada sistem kapitalisme. Perhatian dan sumbangan Marx terhadap apa dan bagaimana sistem kapitalisme berjalan sangat diakui meskipun solusi yang disodorkan Marx sulit diterima oleh orang lain, misalnya oleh Durkheim dan Weber. Penolakan terhadap cara pandang Marx dalam hal jalan keluar dari dampak buruk kapitalisme terjadi dari dulu sampai sekarang.
Saat Marx mengembangkan ilmunya adalah ketika sebagian besar ahli sosial sedang berusaha menata kembali kehidupan sehabis kekacauan revolusi Perancis, dimana kemajuan ekonomi yang dihasilkan kapitalis sedang disambut dengan senang. Namun Marx berbeda, ia lebih tertarik mengupas dampak buruk kapitalisme terhadap kalangan buruh. Ini yang menyebabkan Marx kurang diterima di masanya, karena bagi kalangan ekonom apa yang terjadi pada buruh merupakan konsekuensi dari kemajuan yang telah diciptakan dengan berjalannya sistem kapitalis tersebut.
Menurut Marx, kapitalisme yang berjalan, khususnya pendapatan yang dikumpulkan para kapitalis sehingga menjadi kaya, pada hakikatnya merupakan nilai lebih (suprlus value) dari buruh. Kalangan pemilik kapital hidup dari nilai lebih yang dihasilkan buruh tersebut, yaitu dengan membayar buruh lebih rendah dari nilai kerjanya. Buruh dipaksa bekerja lebih lama agar mampu memberikan nilai lebih tersebut. Buruh telah mengalami eksploitasi, karena dipaksa bekerja lebih untuk memberi pendapatan kepada pemilik pabrik.
Marx melihat - dan sekaligus menyuarakan - apa dampak buruk dari berjalannya kapitalisme yang dialami kalangan buruh. Selain eksploitasi, Marx juga melihat suatu gejala keterasingan (alienasi). Kehidupan buruh yang mesti melayani mesin-mesin dan sistem produksi kapitalis menimbulkan alienasi pada diri buruh. Tidak ada lagi objektivasi pada diri buruh. Buruh teralienasi yaitu ketika ia asing dengan proses produksinya, dari hasil produksinya sendiri, dari sesama pekerja, dan bahkan terasing dari dirinya sendiri (Ritzer: 2008). Bagi Marx hal ini sangat esensial, yaitu tentang nilai kerja dan sifat dasar kemanusiaan.
Alienasi yang terjadi bersamaan dengan akumulasi surplus value untuk pemilik pabrik, menyebabkan hasil produksi buruh telah ”memukul balik” buruh itu sendiri. Dengan nilai lebih tadi buruh telah terperangkap oleh majikan, karena majikan semakin kuat ketika nilai hasil semakin besar. Secara ringkas Marx menyebut bahwa masyarakat borjuis mereduksi nilai kemanusiaan menjadi nilai ekonomis semata. Pemfakiran diciptakan kapitalis secara terstruktur.
Dari berbagai fakta inilah, tidak sebagaimana kalangan ekonom Neo Klasik, Marx sangat pesismis terhadap kapitalisme (Campbell: 1994). Sistem kapitalisme akan runtuh dengan sendirinya karena tidak mampu menciptakan kebebasan kreatif sejati yang merupakan hakekat dasar manusia. Manusia sejati menurut Marx adalah dimana kemampuan produktifnya dikembangkan secara seimbang dan memuaskan. Kondisi ini diyakini hanya akan dicapai pada masyarakat komunis yang akan memberikan kemakmuran material.
Namun, untuk meruntuhkan kapitalisme perlu revolusi yang digerakkan kelas buruh yang berjuang secara bersama-sama. Prasyarat pokok terjadinya perjuangan kelas adalah adanya kesadaran kelas yang terbentuk dari hal-hal yang bersifat materi. Dalam Allan (2005) dijelaskan bagaimana terbentuknya kesadaran kelas. Dua akar utamanya adalah peningkatan level industrialisasi dan perkembangan komunikasi dan teknologi transportasi. Peningkatan level industrialisasi menyebabkan konsentari tempat tinggal buruh, pendidikan buruh, dan produksi yang mengalami komodifikasi. Konsentarasi buruh yang dipadu dengan kemajuan komunikasi dan transportasi memungkinkan relasi yang semakin intensif antar buruh. Pada akhirnya, faktor ini bersama-sama dengan eksploitasi dan alienasi merupakan pemicu terjadinya kesadaran kelas.
Kesadaran kelas belum terjadi pada kondisi class-in-itself dimana orang-orang yang sama tapi belum sadar kelas, lalu menjadi class-for-itself yaitu saat mereka sadar penuh dan lalu mengorganisasikan diri (Allan: 2005). Syarat terbentuknya kelas adalah apabila ada kesadaran ditambah dengan tidak aanya kompetitif secara horizontal. Kesadaran kelas adalah terciptanya kesadaran subjektif tentang kepentingan objektif. Namun, kalangan borjuis berusaha menghalangi terbentuknya kesadaran kelas ini dengan menciptakan ”kesadaran palsu” yaitu dengan meniupkan bahwa buruh masih dapat mencapai kesejahteraan dengan mendukung status quo.
Dalam membahas tentang ”kelas” ini Marx mencampurkan antara sejarah, kategori sejarah, dengan idenya tentang kelas semestinya dimana ia hidup yaitu masyarakat kapitalisme. Dalam membahas sejarah, Marx menggunakan model masyarakat “dua kelas”, mekipun Marx tidak selalu konsisten tentang ini, karena kadang-kadang ia menyebut adanya 3 kelas yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah.
Demikian pula dengan kapitalisme yang pada hakikatnya terdiri dari kelas dan struktur kelas yang cenderung bipolar. Bagi Marx, sejarah manusia pada hakikatnya merupakan perjuangan kelas. Pada era komunis primitif masyarakat cenderung tanpa kelas, namun semenjak dikenal konsep hak milik pada era masyarakat perbudakan terjadi perjuangan kelas budak terhadap tuan tanah. Selanjutnya pada masyarakat feodal terjadi pemberontakan kelas petani penyewa terhadap tuan tanah, dan pada kapitalisme adalah perjuangan kelas buruh yang berhadapan dengan pemilik pabrik. Jadi, sebagaimana judul bab pada Kennet Allan (2005) yaitu “Engines of Changes”, konflik lah yang akhirnya akan menghasilkan revolusi. Kelas kapitalis borjuis menghancurkan kelas birokrat (lahir kapitalisme), lalu kelas proletar melahirkan sosialisme
Namun, apa yang akan mewujudkan sosialisme tidaklah semata-mata perjuangan kelas. Aktor perubahan sejarah tidak lagi manusia, tapi teknologi dan ekonomi. Dalam keseluruhan bangun teori Marx, faktor ekonomi merupakan determinan fundamental perubahan masyarakat. Dalam konteks ini, struktur masyarakat yang terbentuk tergantung pada bagaimana modes of production masyarakat tersebut yang elemen-elemennya adalah hubungan-hubungan sosial dan kekuatan sosial. Modes of production berdasar dari bagaimana superstruktur yang terbangun dan elaborasi dari konsep materi. Kekuatan modes of production dibentuk dari ilmu dan teknologi, tanah, dan mesin. Superstruktur dibentuk untuk mempertahankan modes of production tersebut, sedangkan modes of production menciptakan dan mengkondisikan kehidupan sosial politik dan intelektualnya. Disinilah gagasan dialektika Marx membantu dalam menganalisa kondisi riel masyarakat.
Lebih jauh dalam konteks ini, social being membentuk kesadaran manusia. Seseorang yang dieksploitasi terus akan membentuk kesadaran. Apabila telah menjadi kesadaran kelas, maka ini dapat melakukan revolusi untuk menuju komunisme.
Dari uraian yang sangat singkat ini, intinya adalah bahwa meskipun skenario Marx akan muncul dan berjayanya komunisme tidaklah terbukti sampai saat ini, namun analisa Marx terhadap adanya kontradiksi-kontradiksi yang dibawa kapitalisme tidak dapat kita tolak. Sisi humanis Marx bahwa kapitalisme tidak mampu memberikan kesempatan berkembangnya hakikat dasar kemanusiaan masih menjadi masalah sampai sekarang, meskipun komunisme setelah diterapkan di berbagai negara belum terbukti mampu membalikkan keadaan. Sumbangan Marx yang utama adalah sifat kritisnya untuk memaknai keadaan dan fokusnya pada bagaimana agar hakikat dasar manusia sebagai makhluk yang bermartabat dapat dibangkitkan sehinggga tidak semata-mata hanya menjadi mesin ekonomi pelayan kapitalisme.

Pendapat saya :
Menurut saya, Pendapat Mc Luhan yang lebih tepat dibandingkan Karl Marx, karena Marshall McLuhan, mengemukakan ide bahwa medium is message (pesan media ya media itu sendiri). McLuhan menganggap media sebagai perluasan manusia dan bahwa media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga menciptakan dan mempengaruhi cakupan serta bentuk dari hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang dari individu kepada masyarakat. Dengan media setiap bagian dunia dapat dihubungkan menjadi desa global.

Pengaruh media yang demikian besar kepada masyarakat menghantarkan pemikiran McLuhan untuk menyampaikan Teori Determinime Teknologi yang mulanya menuai banyak kritik dan menebar berbagai tuduhan. Ada yang menuduh bahwa McLuhan telah melebih-lebihkan pengaruh media. Tetapi dengan kemajuan teknologi komunikasi massa, media memang telah sangat maju. Saat ini, media ikut campur tangan dalam kehidupan kita secara lebih cepat daripada yang sudah-sudah dan juga memperpendek jarak di antara bangsa-bangsa.